Pertanyaan dari seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya (sebuat saja A).
Romo, saya sudah berpacaran sekitar 1 tahun. Semua berjalan baik. Kami merasa ada banyak kesamaan (ngobrolnya nyambung).
Yang
jadi kendala utama adalah kami beda keyakinan. Kami berdua sangat
toleran (perbedaan keyakinan tidak menimbulkan percikan permasalahan).
Hanya saja, kedua orangtua kami tidak bisa menerima hal ini. Kami berdua
saling cinta dan merasa cocok, namun tidak ada yang mau pindah
keyakinan.
Kami
ingin nikah dengan cara, salah satu dari kami “mengalah” saat menjalani
prosedur pernikahan, tapi dalam rumah tangga nanti, kami tetap jalani
keyakinan masing-masing.
Saya
sejujurnya juga agak ragu dengan pilihan ini, tapi mungkin ini solusi
“terbaik”? Apa saran Romo Jayana untuk kasus kami ini? Mohon nasihatnya.
Anumodana Romo…
Jawaban Romo Jayana:
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Dalam
agama Buddha hidup berumah tangga merupakan pilihan hidup dan hanya
satu kali seumur hidup, oleh karena itu untuk memilih pasangan hidup
yang serasi, seia sekata harus memiliki satu kayakinan atau satu agama,
setara dalam sila, setara dalam kemurahan hati dan setara dalam
kebijaksanaan pengertian.
Untuk
mencari atau memperoleh pasangan hidup yang setara tidak mudah, maka
jangan terburu-buru memilih pasangan hidup, apalagi kalau orangtua tidak
merestui, ini yang harus dihindari, maka sebaiknya harap ditinjau
kembali dalam memilih pasangan hidup.
Kita
dalam menjalankan kehidupan sebagai suami istri tidak boleh
berpura-pura, atau tidak tulus, hal tersebut bisa mengakibatkan hubungan
suami istri yang tidak baik. Demikian semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar